Selasa, 12 September 2017

Japan Day 3: Kiyomizudera

Pagi-pagi badan serasa remuk setelah kemarin ke USJ seharian. Hari ini aku harus pergi ke Kyoto. Perjalanan Osaka-Kyoto cukup 28 menit dengan kereta JR special rapid service. Sayangnya karena kereta penuh, kita harus berdiri. Sesampainya di sana kita berencana untuk sewa locker di stasiun Kyoto. Enggak disangka, inilah awal malapetaka day 1 Kyoto (cerita lengkapnya nanti). Locker yang dipakai yang cukup canggih,  kuncinya menggunakan struk bukan kunci dan terletak dekat peron shinkansen. Dari sana kita keluar stasiun menuju terminal bis. Rencananya untuk keliling Kyoto hari ini menggunakan bus dengan sebelumnya membeli bus pass 1 hari dengan harga 500 yen. Karena jatuh di hari Sabtu antrian bus cukup mengular dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit sampai akhirnya naik ke bus. Rute bus yang cukup populer adalah no 100 atau 206, keduanya melewati Kiyomizudera. 


Petunjuk rute bus di terminal
Kuil di atas bukit: Kiyomizudera 

Perjalanan cukup singat dari Kyoto Station sampai ke Kiyomizudera stop. Untuk menuju Kiyomizudera, perjalanan harus ditempuh lagi dengan berjalan kaki yang cukup menanjak. Tidak terlalu berasa capek sih karena di kiri kanan banyak toko-toko cantik menjual makanan dan souvenir lucu. Kiyomizu temple nya sangat cantik dan bagus sekali untuk foto-foto dengan biaya masuk  orang 300 Yen per orang. Sayang bangunan utama "Hondo" masih direnovasi.  Setelah melihat temple dan mengambil foto di tepi kuil yang sangat cantik, bisa mengambil air di semacam kolam di bawah bukit yang disebut "Air Terjun Otowa". Karena ingin menghemat waktu, kita tidak mengambil air di kolam ini. Pilhan lainnya ke kuil dewa cinta di ruang Jishu-Jinja. Lucu ya di sini banyak sekali gadis-gadis berkimono baik turis maupun orang Jepang asli. Kuncup-kuncup sakura dan bunga bunga yang lain mulai bermekaran di sepanjang area dan kebun. 

Setelah puas berjalan-jalan sekitar kuil. Lapar melanda. Lihat-lihat di sekitar kuil ada warung yang menjual semacam udon berkuah. Sepertinya sih enak. Tapi kami melewati itu dan langsung turun ke arah jalan besar. Di sepanjang jalan menurun dari kuil ke jalan besar, mata disuguhi berderet-deret toko yang kebanyakan menjual makanan khas Kyoto dengan bahan green tea, mulai dari biskuit, minuman sampai es krim. Walaupun cuaca cukup dingin, tak tahan kalau tidak mencicipi es krim green tea yang segar. Dengan memegang es krim tersebut, perjalanan menuruni jalan tidak terlalu capek. Di jalan besar ternyata hanya ada beberapa restoran yang buka, memang kebanyakan restoran yang ramai ada di jalan turunan tersebut. Namun karena kadung berjalan sampai bawah, kaki dan perut tidak bisa diajak berkompromi. akhirnya pilihan jatuh ke Nekomata Aburasoba. Berbeda dengan cold soba, jenis abura soba ini adalah mie soba hangat dengan minyak gurih dan cuka. Di Jakarta jenis aburasoba seperti Nekomata bisa ditemukan di Abura Soba Yamatoten. Bentuknya mirip dengan mie yamin bandung, bedanya hanya di topping yaitu daging pork, potongan rebung dan telur. Enak sekali!!. Kalau ke Kiyumizu jangan lupa mampir di Nekomata Soba ya. 

Rute jalan kaki dari Kuil Kiyomizudera ke Nekomata Aburasoba

Dari Kiyomizudera perjalanan dilanjutkan ke kuil Kinkaku-ji yang letaknya cukup jauh dari Kiyomizudera sekitar 30 menitan dengan bus, masih menggunakan bus pass 500 yen tersebut. Menaiki jalanan menanjak dan deretan perumahan, sampailah di Kinkakuji bus stop. Jam telah menunjukkan lewat jam 5 sore dan ternyata kuil Kinkaku-ji sudah tutup saudara-saudara. Dengan kekecewaan yang cukup besar, niat untuk mengunjungi Golden Pavillion pupus sudah. Untungnya toko-toko di sekitar kuil masih buka dengan harga yang cukup masuk akal. Setelah membeli beberapa macam souvenir seperti cermin kecil dan kipas, jalan dilanjutkan ke halte bus menuju Gion. Menunggu bus pun sangat lama karena cukup jarang bus yang melewati daerah ini ketika sore hari. Sesampainya di Gion, langit sudah gelap, tapi kuil Yasaka dengan warna merahnya sangat cantik. Setelah puas berfoto di depan kuil, saatnya berburu Geisha!! 

Di daerah Gion, memasuki gang-gang kecil, mulai terlihat beberapa mobil mewah menurunkan pria-pria bersetelan jas lengkap yang langsung memasuki rumah-rumah/restoran di daerah tersebut. Tidak lama bisa terlihat sesosok wanita berkimono warna warni dengan tatanan rias ala Geisha memasuki tempat tersebut. Mereka datang dengan mobil atau becak Jepang dengan langkah seribu. Memang beda antara Geisha asli dan Geisha palsu (turis yang berpakaian kimono) itu sangat beda! yang asli selalu berjalan cepat dan tidak mau difoto sedangkan yang palsu justru sangat senang diajak foto. Cahaya yang minim ditambah langkah mereka yang cepat, tidak sempatlah terfoto sosok fenomenal itu. Ah! setidaknya sudah terekam di memori otak. Makanan dan bar-bar daerah Gion cukup mahal. Kami hanya bisa memandangi daftar menu dan melengos pergi. Tapi suasana Gion sangat unik. Tradisional tapi mewah dan tertata rapi. Oh how I love Gion. Perjalanan kembali ke Kyoto Station kembali dengan bus namun harus dilewati dengan mengantri yang sangat panjang. Setelah mendapat giliran, bus dijejali banyak orang dan AC bus mati total...ternyata suasana bus Kyoto tak jauh beda dengan bus 213 Kampung Melayu-Grogol yang telah discontinue itu... wkwkwkwkw. 

Sesampainya di Kyoto Station, perut terasa lapar. Langkah pun menuju Topscafe di belakang Kyoto Station yang menjual rice bowl ala Yoshinoya. Harganya sekali lagi sangat bersahabat 1200 yen untk semangkok rice bowl dan ramen. setelah itu kembali beristirahat setelah melewati hari yang cukup panjang. Get ready for Day 3 Japan!

Tips Day 3:

1. Perjalanan Osaka-Kyoto bisa sangat ramai. Expect to stand in the train. 
2. Ternyata ada liburan sekolah di sekitar pertengahan Maret, di tanggal trip kita. Better check libur sekolah Jepang untuk menghindari timing yang terlalu ramai
3. Spend a proportionate time in every place of attraction.
4. Lihat jam buka tempat wisata yang kadang suka berubah di setiap musim





Tidak ada komentar:

Posting Komentar